Estafet

saat huruf-huruf ini terpasang di dinding
hujan februari bernyanyi riang
tanah basah berdendang syahdu
kopi dingin di gelas masih cukup tiga teguk

tak apa, nanti belanja lagi
sebab, hidup adalah tentang yang datang dan pergi
tentang langkah yang belum selesai
tentang gelisah dan gerak
juga pertemuan yang terus berbiak

torehkan saja niat dan lunasi janji
maka maslahat selalu tercatat
mentas menjadi biji sawi
batang-batang rampak palawija
pokok tumbuh menjulang
rindang teduh membentang
atau ladang yang padang

lihatlah hujan februari bergerak di kaca jendela
seperti laju angin kemarau meninggalkan tanda
di langit, samudera dan tanah basah
di hati kita yang bersukacita dan gelisah
di pelukan mesra
desah nafas rawan bertautan
eratnya genggam tangan
jejak-jejak kaki yang mungkin terlupa
juga kerling matamu dan mimpi indahku

bagaimana jika hujan reda?
apakah panen selalu menjadi rute dan peta?

ya, kau dan aku hanya penumpang
seperti mereka yang naik dan turun
silih berganti di setiap jeda
sampai perjalanan berhenti di terminal
saat perhitungan menimbang bekal dan amal

apakah hujan februari membasahi daftar belanja?
ah, iya, benar
dalam hujan dan panas angka bertambah
menggerus usia
awan merindu hujan
sulur menunggu tanam
panen menunggu janji

waktu pun memburu kita pulang
menumpang kereta yang selalu begegas
menepati setiap batas

bogor-15-02-2018

Satu respons untuk β€œEstafet”

Tinggalkan Balasan ke andiksitie19 Batalkan balasan