Kondangan dan Penyegaran Energi

Momen kondangan atau menghadiri undangan walimah (resepsi) pernikahan selalu menyediakan ruang untuk perenungan yang bermakna. Tidak selalu mudah untuk mendapatkannya, memang. Tapi, saat tergapai, makna itu sesungguhnya menjadi bagian dari begitu banyak nikmat yang telah dicobahadirkan oleh sahibul hajat.

Ya, dalam mewujudkan syukur atas hari bahagiaya, sang tuan rumah berikhtiar memuliakan tetamu dengan berbagai hal. Mulai dari cindera mata, tempat yang nyaman, aneka hidangan yang lezat, sampai kesempatan ternilaikan untuk bersilaturahim dengan kerabat, sahabat, relasi kerja, kenalan baru dan lain-lain. Dan, tentu saja, kesempatan memetik hikmah atau perenungan, adalah bagian tak terpisahkan, entah itu dari ceramah atau dari obrolan sesama tamu undangan, atau tiba-tiba muncul begitu saja dalam pikiran.

Hari Minggu yang lalu adalah salah satu pengalaman indah yang saya rasakan dalam menikmati momen kondangan. Pasangan guru-sahabat saya, Pak Yudhistira Massardi dan Bu Siska Massardi menikahkan puteri mereka, Matatiya Taya, dengan Eggy Adhi Putra. Resepsinya dilangsungkan di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Tempatnya menjadi daya tarik tersendiri, sehingga, meskipun resepsi dilaksanakan malam hari, istri dan kedua puteri saya “bertekad” ikut. Maklum, jarak dari rumah lumayan jauh. Singkat cerita, kami pun berangkat dari rumah sekitar pukul setengah satu siang. Rekreasi sebelum kondangan. Tak perlu membayar karcis, karena syaratnya cuma “bisa menjawab” nama mempelai. Okay, soal rekreasinya tak perlu diceritakan.

Benar saja, di acara resepsi saya bertemu dengan banyak teman yang sudah lama tak berjumpa. Diiringi live music sebuah band yang pulen sekali penampilannya, kami kangen-kangenan, berfoto-foto, dan tentu saja makan-makan. Ada teman yang kaget melihat putri kedua saya sudah terlihat jangkung. Rasa-rasanyanya, kata dia (dan saya rasakan juga), baru kemarin saat ia saya perkenalkan, masih bisa digendong-gendong.

Yah, begitulah kondangan membawa kita pada kenangan dan perenungan betapa hidup berjalan begitu cepat. Perjalanan cepat dari satu titik terminal ke titik terminal yang lain. Juga, dari satu titik rahasia ke titik rahasia yang lain. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya, rahasia demi rahasia yang telah disiapkan Allah swt menggerakkan langkah maju kita selangkah demi selangkah dalam kehidupan.

Kelahiran, rejeki, perjodohan dan maut. Semua adalah rahasia-rahasia yang tidak matematis, tidak linear, dan karenanya terus membangunkan kesadaran kita agar terus bergerak. Saat jiwa mampu bersenyawa dengan kerelaan menerima ketidakpastian, kita bisa menjalani hidup secara positif, menikmati setiap prosesnya. Etape demi etape.

Perbaikan demi perbaikan hanya bisa didapat dengan perputaran siklus yang disadari, disikapi dengan benar dan dijalani dengan tekun dan sabar: Plan, Do, Study, Act. Plan, Do, Study, Act. Terus begitu. Setiap hasil yang didapat, yang material maupun yang tersembunyi, menjadi bekal untuk menuju titik rahasia berikutnya. Tidak berhenti.

Lahir, perjodohan, rejeki, adalah rahasia-rahasia dengan energi penggerak, sebagaimana juga kematian. Kondangan membawa kita pada penyegaran kembali energi-energi itu menuju rahasia pamungkas. Nostalgia membawa kita pada kesadaran akan betapa cepatnya etape-etape kehidupan bergerak, dan karenanya mengingatkan kita pada kematian (dzikrul maut). Dan dzikrul maut adalah energi paling berharga untuk membangkitkan dan menggerakkan kesadaran untuk terus memperbaiki diri. Wallahu a’lam.

walimah taya

Save

Satu respons untuk “Kondangan dan Penyegaran Energi

Tinggalkan komentar