Kyai Sabil (2)

Kyai Sabil datang lagi. Kali ini tak lama. Tak mau menunggu kubuatkan kopi. Hanya minta segelas air putih, yang ia teguk bergantian dengan mengunyah sepotong tape goreng sepanjang obrolan yang hanya sekitar 20 menit. "Tadi nebeng mobil seorang kawan yang kebetulan mengarah kemari. Apa kabar, Mas Bayu?" "Alhamdulillah, sehat, Kyai Sabil. Bersantai dululah, Kyai, kan … Lanjutkan membaca Kyai Sabil (2)

Kyai Sabil (1)

Aku tertegun di pintu. Sekian detik berlalu sebelum saya ingat harus membalas uluk salamnya. "Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh. Alhamdulillah. Allahu Akbar. Mbah Yai Sabil... monggo, silakan masuk?" Lelaki sepuh. Delapan puluh tahunan. Tapi, genggamannya yang saya rasakan saat berjabat tangan seperti mengalirkan bergiga-gigabita informasi dalam hitungan detik, bahwa beliau masih segar bugar. Kakinya kokoh menapaki … Lanjutkan membaca Kyai Sabil (1)

(Hanya Cuplikan)

“Jadi, mau pilih bersenang-senang atau berbahagia?” “Ah, perbandingan dalam pertanyaanmu itu bukan ‘apple to apple’.” “Biarin, aku lebih suka buah lokal Indonesia, terutama duku sama manggis.” “Ok, walau sebetulnya ada juga apel lokal Malang… intinya, kamu tak bisa membandingkan mana lebih enak, duku atau manggis. Itu soal selera.” “Terus, apa menurutmu pilihan bersenang-senang dan berbahagia … Lanjutkan membaca (Hanya Cuplikan)